Selasa, 09 November 2010

Di balik Keluarga yang Bahagia

Dahulu disebuah desa kecil di daerah surabaya jawa timur tinggal sebuah keluarga kecil yang bahagia. Wito dan wati adalah sosok suami istri yang hidupnya begitu bahagia. Mereka saling mengasihi dan saling melengkapi. Sepasang suami istri yang dikarunia satu anak lelaki yang begitu lucu yang bernama endy. Ia masih berumur 4 tahun ketika itu. Mereka hidup begitu bahagia terlihat disosok wajah mereka yang setiap hari tersenyum. Tak pernah terpancar sedikitpun rasa sedih di wajah mereka. Sampai ketika nenek dari endy yaitu orang tua dari wito datang untuk berkunjung. Mereka telihat sedang bermusyawarah masalah yang sangat serius. Lamanya mereka berbincang-bincang tiba-tiba nenek endy keluar dengan membawa endy dan terlihat nenek itu juga membawa sebuah tas kecil yang berisi pakaian dari endy terlihat dari tas tersebut yang belum tertutup rapat. Nenek dan endy telah jauh meninggalkan rumah dari orang tua endy, tiba-tiba wati keluar rumah dengan keadaan menanggis. Wajahnya terlihat begitu pucat dan seketika ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Wito cepat-cepat membawa istrinya menuju kamar dan segera meminta pertolongan tetangga mereka. Setelah wati tersadar tiba-tiba ia menanggis dan memanggil nama endy, sepertinya ia telah kehilangan sebuah sosok yang paling ia sayangi. Kesedihan yang dirasakan wati ternyata karena kepergian anaknya endy yang kini telah berpindah asuhan di mertuanya. Nenek endy membawa endy untuk disekolahkan karena menurut dia endy tidak akan bisa bahagia apabila tinggal bersama orang tuanya, karena keadaan orang tuanya yang miskin.
Selang beberapa minggu kemudian setelah kepergian endy wati dan wito memutuskan untuk mencari rezeki di Jakarta, karena menurut mereka disanalah mereka bisa merubah nasib mereka. Untuk membuktikan juga kepada nenek endy bahwa mereka bisa hidup tanpa bantuan dari dia, karena selama ini nenek endy lah yang membantu mereka untuk dapat terus bertahan hidup untuk dapat makan dan minum sehari-hari juga untuk kelahiran endy 4 tahun yang lalu. Sesampainya dijakarta wito menghubungi salah satu temannya yang bernama tono yang tinggal didaerah Jakarta selatan tepatnya dimampang. Beruntunglah mereka tono mempunyai teman yang menyewakan sebuah kost-kostan, bergegaslah wito dan wati menuju kostan yang ditunjukkan oleh tono. sesampainya dikostan mulailah kehidupan baru mereka.
Seminggu telah mereka lewati, wito akhirnya mendapatkan pekerjaan disalah satu bengkel yang berada lumayan dekat dari kostan yang mereka tinggal. Sadar dengan penghasilan suaminya yang tidak begitu banyak, wati memutuskan untuk mencari pekerjaan juga dan akhirnya dia bekerja sebagai buruh disebuah pabrik pakaian. Setelah beberapa bulan wati mencoba untuk menghubungi mertuanya dengan tujuan dapat mengetahui keadaan endy, tapi sia-sia setiap kali ia telephone mertuanya langsung mematikan telephone darinya. Dia benar-benar kehilangan kontak dengan anaknya. Dia tidak tahu apa endy baik-baik, apa endy sehat apa endy bahagia????atau malah sebaliknya endy disana menderita??dia benar-benar tidak tahu, rasa khawatir yang begitu besar membuat dia tidak konsen dalam menjalani aktifitasnya.
1 tahun telah berjalan, kehidupan wati dan wito telah membaik. wito dipindah tugaskan kedaerah tangerang, yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal mereka. Wito terpaksa tinggal ditempat kerjanya dan hanya pulang 1 kali dalam seminggu. Wati ketika itu telah hamil 7 bulan, ia akhirnya cuti dari pekerjaannya tetapi karena ia adalah orang yang pekerja keras ia tidak mau hanya tidur dikamar menunggu suaminya pulang. Ia memutuskan untuk berjualan pakaian secara kredit. penghasilannya lumayan buat tambahan bulanan karena sekarang penghasilan suaminya agak menurun setelah bekerja ditangerang. Entah karena factor apa, suaminya ditempatkan ditempat kerja yang lebih baik tetapi penghasilan semakin menurun??pertanyaan yang sangat mengaggu fikiran wati. Fikiran negative mulai meracuni wati. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh suaminya, entah apa tapi wati bisa merasakan itu.
2 minggu telah berlalu, wito pulang dari tempat kerjanya ditengerang karena kelelahan wito langsung menuju kamar mandi dan istrinya sedang menyiapkan makanan. Handphone wito berbunyi cepat-cepat wati mengangkat telephone tersebut, tetapi belum sempat mengucapkan satu kata pun telhone itu tiba-tiba mati. Selang beberapa menit handphone kembali berbunyi dan ternyata da pesan masuk. Wati lalu membaca pesan itu, begitu kagetnya wati sampai-sampai handphone yang ia pegang itu terjatuh. Ternyata pesan itu dari seorang cewek yang dengan panggilan mesranya ia menulis pesan bahwa ia memerlukan uang dan menyuruh wito untuk segera mengirim uang untuk dia. Rasa marah begitu terlihat diraut muka wati, ia pasti tidak menyangka suaminya bisa tega terhadap dia. Suaminya yang ia nilai sangat vbaik dan jujur tega menyakiti perasaan dia. Kerja keras yang ia lakukan hanya sia-sia karena perbuatan suaminya yang kurang menghargai perasaan dirinya.
Wati benar-benar marah kepada wito, ia tidak mau makan karena terus memikirkan pesan dari cewek itu. Ia tak habis fikir kenapa suaminya samapi tega melakukan perbuatan yang menyakitkan itu. Wito berusaha mengajak wati untuk berbicara berdua tapi wati menolak, mungkin karena benar-benar merasa bersalah wito memutuskan untuk berhenti bekerja ditangerang dan nomor telephonenya diganti dengan nomor yang baru agar cewek itu tidak bisa menghubungi dia lagi. Akhirnya wati bisa memaafkan suaminya dan wito pun berjanji kejadian ini akan menjadi keselahan yang terakhir yang ia lakukan akhirnya mereka pun berpelukan sambil meneteskan air mata.
1 bulan berlalu setelah wito memutuskan berhenti dari pekerjaannya, akhirnya ia mendapatkan pekerjaan lagi. Ia bekerja disalah satu PT. yang bergerak dibidang proyek. Tapi yang membuat wati khawatir ternyata wito ditugaskan di medan, rasa khawatirpun menghinggapi wati lagi, apalagi kini usia kandungannya memasuki bulan ke 9 dan sebentar lagi ia akan melahirkan. Dengan berat hati ia melepaskan suaminya untuk pergi ke medan walau sebenarnya hatinya menanggis karena ia sangat membutuhkan suaminya untuk menemani dia ketika akan melahirkan nanti. Ia sedikit lega karena wito berjanji akan pulang ketikawati akan melahirkan nanti, tapi tetap saja wati merasa sedih karena kepergian wito. Rasa khawatir akan peristiwa 1 bulan yang lalu pun datang lagi, padahal ia sudah membuang jauh-jauh masa lalu yang kelam itu.
Waktu bejalan begitu cepat tapi wito tak kunjung pulang, wati pun tak dapat menghubungi wito. Karena tak ada kabar dari suaminya wati pun meminta tolong tatangganya untuk membantu persalinan dia. Wati pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat sehat. Beberapa bulan kemudian, wati mendengar pintu kostnya diketuk, dia kaget ternyata yang datang adalah wito wati pun memeluk wito dengan tangisan yang begitu bahagianya. Wito terlihat kurus sepertinya disana ia hidup begitu memprihatinkan. Wati sedih melihat suaminya seperti itu. Ia ingin suaminya tetap tinggal bersamanya dan mencari pekerjaan yang lebih baik lagi disini yang tidak memberatkan suaminya. Akhirnya wito mendapatkan pekerjaan yang lebih baik tetap di PT. yang bergerak dibidang proyek tapi jabatanya lebih baik karena memang kepintaran yang dimiliki oleh wito.
10 tahun telah berlalu hidup wito dan wati semakin baik, mereka telah mempunyai rumah sendiri dan kendaraan sendiri hidup mereka pun semakin bahagia karena dikarunia’I seorang bayi laki-laki lagi yang sangat sehat. Jabatan wito pun di PT. itu semakin bagus ia menjabat sebagai project manager. Lama tidak mendengar kabar dari anaknya endy akhirnya wati menciba menghubungi anaknya itu. Wati merasa senang karena endy berbica kepadanya bahwa setelah endy lulus SMA nanti ia akan berkuliah dijakarta. Neneknya pun menyutujui permintaan endy untuk berkuliah dijakarta, karena ia merasa anak dan mertuanya itu telah hidup berkecukupan. Ternyata selama tinggal dengan neneknya di desa, endy telah menjadi seorang anak yang baik, berbudi pekerti yang baik dan juga pintar karena selama masa sekolah endy selalu mendapatkan peringkat 3 besar.
Kelulusan endy pun telah tiba, endy mengabarkan berita bahagia itu kepada ibunya. Bahwa ia mendapatkan nilai yang sangat bagus, ia mendapatkan peringkat 10 besar se-jawa timur. Wati pun bangga mendengar semua itu, anaknya benar-benar membuat dia bahagia walau pun bukan ia yang mendidik endy selama 12 tahun ini. endy juga sempat mengabarkan bahwa ia mendapat beasiswa di salah satu universitas negeri di Madura dan semarang tapi endy menolak karena ia telah berjanji untuk menempuh kuliah dijakarta. Tawaran dari universitas negeri di Surabaya pun ia tolak karena ia benar-benar ingin dekat dengan orang tuanya dan ia juga ingin dekat dengan adik-adiknya.
Endy pun berangkat kejakarta, sesampainya disana ia telah ditunggu oleh ibunya distasiun. Ketika turun dari kereta ia langsung mencari ibunya, ia melihat ibunya sedang duduk dikursi tunggu, ia pun menghampiri ibunya dan langsung memeluk ibunya. Air mata tak henti-hentinya membasahi pipi mereka ikatan batin ibu dan anak yang merindukan akan kasih sayang. Mereka lalu pulang kerumah, disana telah menunggu rizki adiknya yang mau msuk SMA dan adiknya yang kecil yang bernana ustmani. Endy bahagia melihat adik-adiknya yang telah tumbuh menjadi anak yang sehat. Ayahnya masih bekerja karena sedang mengerjakan proyek diluar kota dan ia hanya dapat berbicara lewat telephone. Disinilah perjalanan endy dimulai.
Ujian masuk perguruan tinggi dimulai, ia berharap dapat lulus dari seleksi masuk salah satu universitas terbaik di Indonesia tersebut yang berada di Jakarta. Ia telah menyelesaikan semua tes-tes yang diberikan dan pengumuman kelulusan akan diberikan satu bulan lagi. Endy merasa deg-deg kan menunggu hasil yang akan ia dapatkan, ia berharap dapat diterima karena ia ingin membuat kedua orang tua mereka bangga terhadap dia. Ia telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil yang ia dapatkan menjadi maksimal juga.
1 bulan telah berjalan, pengumuman kelulusan pun telah datang, ia cepatnya pergi kewarnet untuk melihat hasil yang ia dapat, karena pengumuman dapat dilihat diwebsite universitas tersebut. Sebelum membuka hasil yang ia dapat ia merasa tidak sanggup untuk melihat itu semua tapi ia berusaha untuk menenangkan hatinya lalu ia membuka hasil itu. Dan ia terkejut, ternyata ia diterima ia menangis ditempat itu tidak peduli banyak orang yang melihat dia. Ia diterima difakultas tekhnik yaiti tekhnik informatika, ia merasa bahagia dengan hasil yang ia dapatkan dan ia bergegas pulang untuk memberikan berita bahagia itu kepada orang tuanya. Wati dan wito begitu bahagia mendengar semua berita dari anaknya tersebut dan mereka sangat bangga terhadap anaknya tersebut.
1 bulan berlalu ketika batas pembayaran kuliah telah ditentukan, tapi permasalahannya wito belum mendapatkan uang untuk membayar kuliah anaknya tersebut apalagi biaya untuk kuliah anaknya tersebut tidak sedikit. Dan ketika wito mendapatkan uang ternyata rizki pun membutuhkan biaya untuk masuk sekolat tingkat akhirnya, wati pun kebingunggan dengan ini semua. Endy pun sadar bahwa orang tuanya tidak mempunya uang yang cukup untuk membayar kuliahnya dan sekolah adiknya, akhirnya ia memutuskan untuk tidak berkuliah dulu karena ia merasa adiknya lebih membutuhkan dari pada dia, dia bisa berkuliah tahun depan atau kapan saja sedangkan adiknya tidak mungkin untuk menunda-nunda sekolahnya. Walau sebenarnya dihatinya sedih dengan ini semua tapi ia akan merasa lebih sedih apabila adiknya tidak bisa bersekolah. Orang tuanya pun meminta maaf kepada endy karena tidak bisa memenuhi permintaan anaknya tersebut, padahal anaknya sudah berusaha maksimal sampai bisa diterima disalah satu universitas terbaik se-indonsia tersebut.
Endy pun memutuskan untuk bekerja, tapi dijakarta begitu sulit untuk mendapatkan pekerjaan apalagi hanya dengan ijazah SMA. Lalu ia menghubungi temannya disurabaya dan temannya pun dapat membantu dia untuk mendapatkan pekerjaan. Ia pun meminta izin kepada orang tuanya untuk kembali tinggal dirumah neneknya sementara karena ia akan bekerja disana. Wati dan wito pun menyetujui permintaan anaknya tersebut karena mereka juga merasa tidak tega anaknya disini hanya menganggur. Endy pun mempersiapkan semua yang akan ia bawa untuk kesurabaya lagi, merasa semua yang diperlukan telah ada ia pun berangkat menuju stasiun untuk segera menuju Surabaya.
Keesokan harinya endy samapi disurabaya, ia dijemput temannya lalu menuju rumah neneknya. Sampainya dirumah endy langsung mandi dan makan pagi, setelah itu ia langsung pergi menuju tempat kerja temannya dan ia lalu melamar pekerjaan disana. Setelah persyaratan semua telah lengkap dan wawancara telah selesai, endy langsung diterima bekerja dan besok adalah hari pertama ia bekerja tapi ia hanya di training selama 3 bulan. Ia merasa senang dengan ini semua, lalu ia mengabarkan berita ini kepada orang tuanya dan orang tuanya pun sangat bahagia dan mendukung semua yang dilakukan anaknya karena mereka yakin endy pasti bisa malakukan semua itu.
3 bulan telah berjalan, endy telah berhenti bekerja dan memutuskan untuk kembali kejakarta. Samapinya di Jakarta konflik mulai muncul, rizki adiknya yang ia nilai sangat baik ternyata sering tidak masuk sekolah. Wati pun sering dipanggil menghadap kepala sekolah karena kenakalan rizki, ketahuan merokok, bolos, membuat onar. Ternyata dibalik sikapnya yang lembut rizki telah tumbuh manjadi anak yang nakal yang tidak punya aturan. Endy pun berusaha menasehati adiknya, tapi selalu gagal karena sikap adiknya yang keras kepala. Adiknya pun sekarang sering tidak pulang, tidak pernah bersekolah lagi, berni membentak orang tuanya dan lebih parahnya lagi ia berani mengambil uang orang tuanya dan kabur dari rumah.
Selang beberapa bulan, pendaftaran mahasiswa baru pun dibuka tapi keadaan keuangan orang tuanya semakin buruk karena sekarang wito telah keluar dari pekerjaannya dan belum mendapatkan pekerjaan lagi. Karena tidak tega cucunya gagal berkuliah lagi, nenek endy pun mengirimkan uang untuk biaya masuk kuliah cucunya. Endy pun mendaftar disalah satu iniversitas swasta terbaik di Indonesia karena biaya yang juga tidak mencukupi untuk mendaftar di universitas yang tahun lalu ia masuki. tapi endy masih bisa bersyukur karena ia bisa berkuliah, hal yang sangat ia inginkan dari tahun lalu.
Awal perkulihan pun dimulai, endy berangkat dengan harapan yang besar, ia dapat cepat-cepat lulus kuliah dan mengejar beasiswa kuliah di luar negeri, cita-cita yang dari dulu ingin ia capai, yaitu berkuliah di perancis. Tapi masih ada yang mengganjal fikiran dia yaitu tentang orang tuanya, karena ayahnya yaitu wito sampai saat ini belum mandapatkan pekerjaan, endy pun berkuliah dengan uang saku dari tabungan dia selama bekerja di Surabaya dulu. Ia juga memikirkan bagaimana nasib adik-adiknya dan ibunya, mereka pasti kelaparan karena tidak ada uang untuk belanja bahan pokok sehari-hari. Ibunya pun sekarang menjadi sering emosi karena suaminya hanya di rumah dan tidak berusaha mencari pekerjaan, wito hanya berharap pekerjaan itu datang kepadanya dan bilang rezeki itu sudah ada yang mengatur. Wati merasa jengkel karena ia selalu disalahkan oleh wito, ia dikatakan tidak membawa rezeki untuk keluarga karena tiap hari kerjaannya hanya marah-marah. Wati merasa jengkel dengan sikap suaminya karena tidak menghargai dirinya sama sekali. Padahal untuk makan sehari-hari wati lah yang berusaha mengutang sana sini hanya untuk keluarganya, karena wati tidak tega keluarganya harus menderita karena kelaparan.
Waktu terus berjalan wati pun semakin tidak tahan karena sikap suaminya, suaminya semakin cuek dengan keluarganya, tidak memikirkan nasib keluarganya sama sekali. Ia pun tidak tahu menahu bagaimana anaknya endy dapat berangkat kuliah tiap harinya. Padahal endy dapat bertahan selama ini dengan uang hasil yang jelek, yaitu ia mengerjakan tugas teman-temannya dan ia dibayar oleh teman-temannya. Padahal ilmu itu bukan untuk diperjual belikan tetapi untuk pegangan masa depannya kelak. Itu sama saja endy membodohkan teman-temannya bukan malah mengajarkan teman-temannya, tapi dengan cara apalagi endy bisa bertahan kalau bukan dengan cara itu karena hanya itu yang dapat ia lakukan. Semakin lama endy juga merasa jengkel terhadap ayahnya, ia tak habis fikir kenapa ayahnya menjadi seperti itu, ia sudah tidak kuat dengan masalah-masalah yang terus berdatangan menghampiri keluarganya. Terkhir adiknya rizki akhirnya harus berhenti sekolah karena tidak ada biaya untuk membayar biaya ujian dan prakteknya.
Puncak emosi dari wati ia meminta untuk cerai kepada wito, tapi wito hanya diam. Wati ingin menjual rumahnya untuk mambayar semua hutang-hutangnya selama ini karena utang yang begitu banyaknya. Mungkin ini jalan yang terbaik menurut wati karena sudah tidak ada jalan lagi untuk menyelesaikan permasalahan ini. akhirnya mereka bercerai, wati membawa serta rizki dan ustmani untuk tinggal bersamanya entah kemana, endy pun akhirnya kost di dekat kampusnya karena ia tidak mau kuliahnya berhenti begitu saja dan tentunya ia akan bekerja untuk membiayai kuliahnya sendiri. Seangkan wito tidaka tau harus pergi kemana, mungkin ia akan kembali ke Surabaya untuk tinggal disana.
Permasalahan yang tiada habisnya yang membuat keluarga yang sebelumnya utuh menjadi berantakan karena keegoisan masing-masing individunya.

3 komentar:

  1. SubhannalLah......... !!
    air mata ku jatuh tak tertahankan sesak dan piluh menyerbu hatiku sa'at membaca crita sekilas kehidupan seperti itu.
    itu semua adalah cerminan buatku bahwasanya aku harus pinter2 mngucapkan hamdalah n mensyukuri smua nikmat yg telah d brikan Allah SWT k padaku.
    sosok ayah seperti ini memang slah tp ga spenuhnya harus kita jd kan tiang dari runtuhnya sbuah kluarga tp smua ne bs d ktakn krna k egoisan tiap individu,
    sosok seorang ibu rumah tangga seprti wati memang mungkin hidupnya sllu ingin terckupi tp dia mngkin salh ambil kputusan krna jkrta bkanlah tmpat yg dg smudahnya bs kta aduin nasib ttg k ekonomian kt.tp dmnapun kita tnggal rizki bsa kta dptkan slgi kita pnya niatan, mau brusaha, istiqomah dan ikhtiar smuanya pasti kita dpatkan jka allah meridhoinya.
    seorang pribadi yg baik sprti endy yg slalu berpegang teguh pda pndiriannya jg ga harus memaksakn dri buat kulia sprti itu kalau memang faktor ekonominya yg kurg mendukung dan masih pnya adik2 yg jauh msh mmbtuhkan pndidikan, lbh baik dia mncoba cari pkerjaan spaya bsa mmbantu mngurangi bban dari ke 2 org tuannya.
    untuk mmbantu mngerjakan tgas tman2 mnurut ku itu kurang baik, alangkah baiknya jika endy mmbuka privat. karena klo toh da yg bilg "sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain" tp cara yg d lakuin oleh endy itu salah.
    mungkin faktor yg mndorong rizki mlakukan prbuatn mnyimpang (mencuri) sprti itu krna dia sudah termotivasi sprti tman2nya yg serba pnya n kcukupan.
    sprti yg telah dktakn Petri motivasi itu adlah suatu keadaan pribadi sseorng yg mndorong k inginn individu untk mlakukan kgiatan2 trtntu guna mncpai tjuan.

    BalasHapus
  2. sabar brotha, ALLAH menurunkan cobaan kepada hambanya yang ia nilai hambanya pasti bisa melaluinya..
    luuh sekarang ngekost dimana ???
    truus di bekasi rumah siapaah ???

    BalasHapus
  3. eh eh knp jg gt di???
    kn gw suruh komen ja??
    kan belum tentu kisah gue???
    haduh gmna c adi ini

    BalasHapus