Sabtu, 04 Desember 2010

Kereta Senja yang tak Berufuk

           Matahari hari ini sedang bersembunyi. Langit pun tampak berbeda hari ini, angin seperti sengaja menerpa parasku. Paras yang sejak tadi tak tahu harus mengexpresikan seperti apa. tampak didepannya seorang lelaki sekitar 18tahun berjalan amat tergesah-gesah, ia seperti tak menghiraukan seseorang yang memperhatikannya sejak dari tadi.
           Kemudian lelaki itu berhenti, seorang wanita cantik dengan ramah bertanya kepadanya "selamat siang, ada yang bisa saya bantu?", "beli karcis mbak, Surabaya-Jakarta untuk satu orang, Gaya Baru", ucap lelaki itu tanpa ragu. Setelah lelaki itu mendapatkan tiketnya, ia kemudian menggandeng perempuan yang sejak tadi ia hiraukan. Mereka berdua akhirnya masuk kedalam stasiun.
Mereka berdua duduk diantara orang yang lalu lalang memperjualkan daganganya ataupun menunggu jadual pemberangkataanya. Walau tempat itu ramai,,,,, ada pengamen dengan lagu yang gak jelas , suara-suara para pedagang yang berteriak ya, mungkin dengan cara itu orang-orang jadi mau beli daganganya.
Tapi kenapa aku merasa sepi? aku binggung apa yang ingin aku katakan kepada seseorang yang ada disampingku ini. Dia adalah lelaki yang 3tahun lalu ku kenal, kita satu SMA bahkan satu kelas. Dia seseorang yang hangat, baik, beriman dimataku. Dia adalah kekasihku yang aku cintai, dan dia juga mencintaiku. Tapi aku mulai merasa sejak ia jauh dariku, sejak ia memutuskan untuk mencari jati dirinya dikota lain, sejak itu aku merasa bukan hanya jiwa dan raganya yang jauh dariku tapi juga cintanya padaku. Ini bukan pertama kalinya aku melihat dia pergi. Tiba-tiba lamunanku tersentak dengan hangat ia mengenggam tanganku dan membelai parasku. "semua akan kembali kesedia kala", itu katanya. Aku tak bisa berkata-kata, dikelopak mataku ada yang mengganjal ingin jatuh tapi tak kan ku biarkan. Aku hanya bisa memandanginya dalam hati aku berkata "aku sungguh mencintaimu, aku ingin menjadi bunga disaat kau senang, madu disaat kau lara". Kutatap matanya dalam-dalam, aku ingin memeluknya dan tak akan ku lepaskan.
         Lamunan, menghampiriku lagi. Dibenakku aku berharap semoga dia tetap menjadi dia yang ku sayang.
^Angin sejukkan hatinya dikala ia jenuh karena aku tak bisa, karena aku jauh darinya^
^Hujan basahi hatinya jika ia sudah mulai lupa karena aku tak bisa, karena aku jauh darinya^
^Mentari sinari hari-harinya jika ia mulai bosan karena aku tak bisa, karena aku jauh darinya^
^Bintang temani ia disaat dia merasa sepi karena aku tak bisa, karena aku jauh darinya^
^Cinta bahagiain dia karena aku tak bisa, karena aku jauh darinya^
^Tuhan,,,,semoga Engkau mendengar ini, aku hanya ingin melihat dia yang kucinta bahagia walau kebahagian itu bukan dari diriku^
    " Kereta dari Suraya menuju Jakarta, akan masuk kejalur 2. Bagi para pengunjung yang mempunyai tiket untu brsiap-siap menuju jalur 2, sekali lagi......", suara pemberitahuan sudah didenggungan tanda kereta akan mulai mengangkut penumpang-penumpangnya.
Aku hanya bisa diam,,,, karena ini bukan pertama kalinya aku mendengar suara seperti ini.
Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat dipipiku, ternyata ia menciumku ini pertamaa kalinya ia menciumku diantara banyak orang. " aku pergi untuk kembali sayang, jag dirimu baik-baik", kata perpisahan yang selalu kudengar. Tut.... Tut..... Tut..... bunyi cerobong kereta pun terdengar. Diantara sekelompok orang-orang yang masuk ada dia, Dia kekasihku. Akhirnya, kendaaraan yang selalu memisahkan kita itu mulai berjalan, jauh, jauh hingga akhirnya menghilang. Tak terasa air mulai membasahi pipiku, yang jelas bukan air hujan tapi air mata yang menetes pada saat senja yang tak berufuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar